Masa-masa saya menuliskan postingan ini adalah masa ketika orang-orang muda sedang 'galau-galaunya' mengejar yang bernama "pasangan hidup". Mengejar ataupun dikejar oleh "pasangan hidup" ini membuat akal dan pikiran anak-anak muda jaman sekarang ini menjadi penuh dengan 'gimana caranya ya supaya gue bisa punya pacar?' atau seperti ini 'nggak mau tahu, pokoknya si A harus jadi pacar gue'. Gengsi dan takut dibilang jones alias jomblo ngenes kalo misalnya belum punya pacar.
Kalo ngomongin pasangan hidup kala masih remaja gini emang nggak terlepas dari sesosok yang bernama "pacar". "Pacar" itu merupakan seseorang dimana kita bisa menjalin sebuah hubungan yang agak serius (sebelum menikah ya), yang biasanya berbagi suka dan duka (tapi lebih banyak sukanya doang sih, kalo salah satu dari mereka punya masalah biasanya putus), lalu pacar itu yang biasanya ngingetin kita udah makan apa belum, istirahat ya udah malem jangan sampe kamu kecapean, sayang besok anterin ke mall ya mau beli baju (sorry sob, pembantu gue juga sering nanyain gue udah makan atau belom tiap gue pulang kerumah). Emang sih keliatan labil banget. Wajar masih remaja tuh, emang lagi masa labil-labil nya buat sebagian besar orang. Bahkan hampir tiap orang mengalami masa-masa labil seperti ini.
Banyak banget alasan orang yang menjadi ketakutan ketika sadar bahwa dirinya sudah berumur dua puluh tahun dan belum mempunyai seorang pacar atau pasangan hidup (satu aja cukup, dua kebanyakan apalagi tiga, empat). Salah satunya yaitu mereka kurang memahami tujuan hidup mereka dan memiliki pacar itu korelasinya apa ya? Ketika memiliki pacar namun pacar mereka malah menghalangi untuk mencapai tujuan hidupnya, yaa gitu deh. Emangnya mau kalo suatu saat pacar yang kamu sebut-sebut sebagai calon pendamping hidup kamu itu tiba-tiba saja berbelok dan tidak mendukung mu? Hayoo, dipikir lagi.
Saya sendiri pernah lho berada dalam masa-masa galau, gembelengan hanya karena pasangan hidup. Ya, HANYA karena pasangan hidup. Sampai-sampai saya dijuluki sebagai 'Queen of Galau'. *Serius, kalau saya ingat julukan ini saya selalu menertawakan diri saya sendiri* Karena begitu terobsesi dengan yang bernama "pasangan hidup" saya melupakan diri saya sendiri. Hal-hal apa saja yang seharusnya saya bisa kejar bila saya tidak memberatkan pikiran saya dengan "pasangan hidup" itu. Terlebih lagi, hari-hari ini saya baru tersadar bahwa saya hampir-hampir saja melupakan Tuhan hanya karena "pasangan hidup". Sekali lagi HANYA karena "pasangan hidup".
Meski sempat terjatuh dalam lembah kekelaman *kok kayak lagu* tapi Puji Tuhan, saya bisa bangkit lagi. Lewat teman-teman seperjuangan saya *yang juga masih bertahan dalam kondisi SINGLE* saya belajar untuk mencari yang seharusnya saya cari dari dahulu, yaitu Allah. Alkitab, beberapa buku rohani, dan juga hubungan pribadi saya dengan Allah perlahan-lahan mengingatkan saya dan meluruskan kembali visi hidup saya. Apa yang seharusnya saya kejar paling utama adalah kedekatan hubungan pribadi saya dengan-Nya, pencipta saya, pribadi yang memiliki otoritas penuh atas seluruh aspek kehidupan saya. Ya, Dia-lah yang pertama-tama harus saya cari, supaya saya bisa dipenuhkan dengan kasih dari Allah.
Mengambil peran sebagai seorang SINGLE tidaklah seburuk yang dipikirkan banyak orang diluar sana. Bahkan peran sebagai SINGLE ini akan memberikan lebih banyak waktu bagi diri kita untuk bisa mengembangkan diri kita, bersama dengan Allah kita. Dan juga kita bisa memaksimalkan kualitas di dalam kehidupan kita. Ya kita sama-sama tahu kan bahwa didunia ini nggak ada yang instan, semuanya butuh yang namanya proses. Bahkan untuk ber-iman pun kita selalu dilatih hingga akhirnya kita bisa memiliki iman yang sungguh-sungguh kepada Allah. Nah, ketika kita masih dalam masa-masa SINGLE, kita masih bisa leluasa dengan waktu yang kita punya untuk berlatih dan memaksimalkan itu semuanya, tidak tergantung pada siapapun. Hanya kita dan Allah saja.
Bayangkan bila kita sudah memiliki pasangan hidup yang tidak sesuai dengan waktunya Allah (apalagi sih yang cuma modal sok tjakep diluarnya aja), mungkin malah pasangan hidup kita ini yang akan menghalangi kita untuk berdekatan dengan Allah kita. Nggak percaya? Mau contohnya? Nih, pacaran pulang larut malem lupa berdoa paginya bangun kesiangan nggak ada waktu buat saat teduh terus buru-buru masuk kampus, pacaran sukanya ditempat yang sepi, yang kamu nggak usah dateng-dateng lagi ke acara apa itu PMK mending sama aku aja, masih kurang lagi? Silahkan coba sendiri deh!
Namun terkadang orang-orang muda lebih memilih untuk cepat-cepat dan tidak sabar untuk memilih seorang "pasangan hidup" supaya ia dapat menjadikan penuh, kehampaan yang orang-orang muda ini rasakan. Ingat, manusia hanya dapat memenuhi sebagian saja dalam hidup kita, hanya Allah yang dapat memenuhi hingga penuh dalam hidup kita. Mungkin kita melihat pasangan kita itu adalah baik, namun yang baik-baik inilah yang menghalangi kita untuk mendapatkan yang TERBAIK dari Tuhan.
Dulu sempet mikir keras dengan 'aturan' yang ada di salah satu pemuridan. Intinya 'aturan' tersebut mengatakan bahwa kami dilarang untuk memiliki pacar. Dyaarr. Kenapa nggak boleh? Siapa kamu ngurusin masalah pribadiku? Itu kan privasiku? Mungkin pertanyaa-pertanyaan tadi yang sekelebat muncul dalam pikiran temen-temen. Awalnya pun saya juga berfikir seperti itu. Siapa situ, kok ikut campur urusan gue sih? Sampai akhirnya terjadi pemberontakan dalam hati. Setelah lama waktu berjalan, mungkin ini lho yang dimaksudkan waktu itu. Kenapa kita nggak boleh pacaran, karena kakak-kakak kita waktu itu ingin menanamkan jauh lebih mulia dan lebih berharga pengenalan akan Allah daripada pengenalan kepada "pasangan hidup". Pengenalan "pasangan hidup" memang penting untuk tahu bagaimana kepribadiannya, tapi masak iya kita nggak mau kenal sama yang nyiptain "pasangan hidup" kita terlebih dahulu sih? Kalo kita udah kenal sama yang nyiptain "pasangan hidup" kita, itu akan membuat lebih mudah dalam mengenali "pasangan hidup" kita kelak. Ketika kita sudah mengenal sang Pencipta "pasangan hidup" kita, akan sangat mudah bagi Allah untuk mempertemukan "pasangan hidup" dengan kita. So, janganlah ada kekuatiran dalam diri kita.
Fenomena macam ini nih yang sampai masa sekarang pun membayangi anak-anak Allah dan pelayan-pelayan Allah yang masih muda, masih kemerah-merahan kayak Daud (muda) :D Mereka terlalu tergesa-gesa dengan waktu yang mereka miliki. Mungkin juga mereka termakan intimidasi iblis *duh maaf ya blis, di kambing itemin lagi* mungkin saja iblis ngomeng ke mereka begini kamu kan anak Allah, pelayan Tuhan yang taat lagi, masa cuma minta pacar aja mesti nunggu lama sih, tuh liat temen-temen mu aja udah pada punya pacar, kamu kapan? Mungkin saja begitu, dan mereka termakan omongannya iblis. Akhirnya mereka mencari dengan cara mereka sendiri dan berpura-pura tidak mendengar suara Tuhan.
Sampai akhirnya pencarian yang mereka lakukan itu malah membawa mereka pada sesuatu yang bernama "patah hati". Putus setelah beberapa tahun pacaran karena hal sepele, nggak kuat dengan kepribadian dan perilaku selama menjadi kekasih, berbeda visi dan tujuan hidup. Kalo udah begini mau nyalahin siapa? Palingan setelah itu katarsis, terus minta maaf sama Tuhan, baru deh sadar apa yang dimau sama Tuhan. Nyia-nyiain waktu deh kita. Daripada nyia-nyiain waktunya hambokya lebih baik nunggu waktunya Tuhan. :) Apalagi kalo pelayan Tuhan, anak Tuhan kan diliatin tuh sama banyak orang. Sampe gaya pacaran kita pun bahkan ada lho yang merhatiin, kalo (mau nggak mau) jadi tontonan publik kayak begini kita masak mau main-main dan mempertaruhkan nama baik Allah dan diri kita sendiri? O iya, yang sering putus nyambung sama nggak betah kalo harus lama sendiri itu juga diliat lho sama orang lain. Jadi, tau kan sebaiknya apa yang harus kita lakuin?
Bersabar, menantikan waktunya Tuhan dan mengembangkan diri di dalam Tuhan adalah cara yang paling tepat untuk mempersiapkan diri bertemu dengan "pasangan hidup" kita. Dengan demikian bila kelak kita bertemu dengan "pasangan hidup" kita, kita tidak lagi merasa ada yang kurang dari dirinya dan diri kita karena masing-masing dari kita sudah dipenuhkan oleh Allah yang sama.
Salam,
#AbK
--GodBless ©